Profil Ma’had Aly Raudhatul Ma’arif
Raudhatul Ma’arif adalah sebuah lembaga pendidikan Islam (dayah) yang terletak di komplek Mesjid Al-Akmal Desa Cot Trueng, Kemukiman Bungkaih, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara, Propinsi Aceh. Dayah ini didirikan pada tahun 1946 dibawah pimpinan Tgk. Abu Bakar (Abu Cot Kuta, wafat 1969). Setelah sempat vakum selama lebih kurang 23 tahun, Dayah Raudhatul Ma’arif kembali diresmikan pada tanggal 21 Juni 1993 M bertepatan dengan 1 Muharram 1414 H dibawah pimpinan Teungku H Muhammad Amin Daud (Ayah Cot Trueng) yang merupakan cucu dari Abu Cot Kuta. Dibawah kepemimpinan beliau, dayah Raudhatul Ma’arif berkembang sangat maju dan pesat, Tercatat hingga sekarang, santri yang mondok sudah melebihi 2.000 santri yang berasal dari dalam dan luar negeri. Mesjid tua yang berada di dalam perkarangan dayah Raudhatul Ma’arif didirikan oleh Teuku Bentara Keumangan seorang Ulee Balang dari Keumangan Pidie, sekitar tahun 1812 M. Di dalam komplek masjid inilah, kegiatan pengajian dilaksanakan. Dari generasi ke generasi pengajian di komplek mesjid tersebut terus berlanjut, walau sempat terjadi pasang surut ketika agresi Kolonial Belanda berkecamuk. Hingga di akhir penjajahan Jepang tercatat dua orang ulama yang mengajar di mesjid Cot Trueng, yaitu Teungku H. Muhammad Syam yang terkenal dengan panggilan Teungku Di Lhokweng, kemudian diteruskan oleh Teungku Abdullah Geuchik Paneuk yang merupakan putera daerah Cot Trueng. Setelah itu, kegiatan pengajian di Masjid Cot Trueng mengalami kevakuman, sehingga pada tahun 1946 M, masyarakat kemesjidan Cot Trueng menjemput seorang ulama besar pada masa itu yaitu Teungku Abubakar yang terkenal dengan panggilan Abu Cot Kuta, yang berasal dari Cot Kuta-Sawang, (pada waktu itu beliau sudah mendirikan dayah di Krueng Mane mulai tahun 1934 M) untuk mengaktifkan kembali pengajian di komplek mesjid Cot Trueng. Sehingga pada saat itu diresmikan Lembaga Pendidikan Islam Dayah Raudhatul Ma’arif. Di bawah kepemimpinan Abu Cot Kuta Dayah Raudhatul Ma’arif ini telah banyak menghasilkan alumni–alumni yang sebagian dari mereka bisa melanjutkan studinya, baik didalam negeri maupun diluar negeri. Ada pula yang bekerja di Instansi Pemerintahan, berwiraswasta dan ada pula yang membuka cabang Pesantren di tempatnya masing-masing.Setelah beliau wafat pada tahun 1969 M, lembaga ini terhenti sebagai sebuah dayah yang dikunjungi santri dari luar daerah, karena tidak ada pimpinan yang dapat meneruskannya namun begitu pengajian di Lembaga Pendidikan ini terus berlanjut sebagaimana sebelum kehadiran Abu Cot Kuta ke Cot Trueng. Setelah Abu Cot Kuta tiada, pengajian dilanjutkan oleh Tgk M Thaib Yusan Geurugok sekitar dua tahun, beliau merupakan guru pembantu semasa Abu Cot Kuta. Kemudian diteruskan oleh Tgk Ishaq Ali. Kemudian dilanjutkan oleh Tgk M Yusuf Ben Cut keduanya merupakan putera Cot Trueng.
Pada tahun 1993 M, Keinginan masyarakat Kemesjidan Cot Trueng untuk menghidupkan kembali Dayah Raudhatul Ma’arif semakin besar setelah adanya harapan pimpinan masa depan dayah tersebut, yaitu Tgk Muhammad Amin Daud yang merupakan cucu almarhum Abu Cot Kuta. Pada saat itu Tgk M Amin Daud sudah menjadi guru senior didayah MUDI Samalanga. Maka atas kesepakatan pemuka masyarakat Kemesjidan Cot Trueng dan para alumni diresmikanlah kembali Dayah Raudhatul Ma’arif pada tanggal 21 Juni 1993 M bertepatan dengan 1 Muharram 1414 H dibawah pimpinan Teungku H Muhammad Amin Daud. Semenjak kepemimpinan Tgk H. M Amin Daud yang biasa dipanggil dengan Ayah Cot Trueng, nama Dayah Raudhatul Ma’arif ditambahlah dengan kata-kata Al-‘Aziziyyah diujungnya sehingga menjadi Dayah Raudhatul Ma’arif Al-‘Aziziyyah dikarenakan Ayah Cot Trueng adalah alumni dayah MUDI Samalanga. Dibawah kepemimpinan beliau ruh Abu Cot Kuta terasa hidup kembali di Cot Trueng, sehingga Dayah Raudhatul Ma’arif Al‘Aziziyyah menjadi dayah yang maju dan terkenal.
Ma’had Aly Rudhatul Ma’arif al Aziziyah merupakan pendidikan tertinggi di Dayah Raudhatul Ma’arif yang berbasiskan Fiqh dan Ushul Fiqh. Ma’had Aly Rudhatul Ma’arif al Aziziyah berdiri sejak tahun 2019. Pada tahun 2018, terdorong oleh keinginan untuk memberikan ijazah formal sesuai harapan masyarakat, maka lembaga Ma’had Aly Raudhatul Ma’arif al Aziziyah bekerjasama dengan lembaga Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga Aceh, bergabung dengan prodi Fiqh Wa Ushuluhu, mengingat Dayah Raudhatul Ma’arif berbasiskan Fiqh Wa Ushuluhu. Oleh karena itu, komposisi kurikulum yang disajikan kepada mahasantri adalah komparasi antara kurikulum prodi Fiqh Wa Ushuluhu dan kurikulum lokal Pesantren. Hal ini dilakukan, di samping untuk memberikan ijazah formal, juga untuk mempertahankan dan mengem-bangkan khazanah-khazanah keilmuan di dunia pesantren, khususnya dibidang Fiqh Wa UshuluhuuPada tahun 2018 lalu, Kemetrian Agama telah mengesahkan Formalisasi Ma’had Aly, sebagai lanjutan pendidikan diniyah formal (PDF) dan Satuan Pendidikan Muadalah (SPM) sederajat MTs dan MA, yang izin operasionalnya akan diberikan kepada beberapa Pesantren di Indonesia ini, termasuk Dayah Raudhatul Ma’arif ACEH. Ini menjadi kebanggaan dan kebahagian tersendiri, karena, di samping ijazah formal – sebagaimana diharapkan sebelumnya- akan terwujud, juga akan menjadikan Ma’had Aly Raudhatul Ma’arif al Aziziyah bisa mandiri, khususnya bisa mengoptimalkan sajian kurikulum secara mandiri pula sesuai konsentrasi yang diusulkan. Prodi Ma’had Aly Raudhatul Ma’arif al Aziziyah yang diusulkan adalah konsentrasi Fiqh Wa Ushuluhu, mengingat Dayah Raudhatul Ma’arif sebagaimana dikemukakan di atas- adalah Pondok Pesantren yang berbasiskan Fiqh Wa Ushuluhu.
Ma’had Aly Raudhatul Ma’arif al Aziziyah dengan konsentrasi prodi tersebut, bukan berarti mengesampingkan pengetahuan shari’ah. Muatan kurikulumnya juga akan mengeksploitasi pelajaran tentang shari’ah sebagai tahapan menuju pengetahuan Fiqh Wa Ushuluhu, walaupun porsinya lebih sedikit, sehingga Ma’had Aly Raudhatul Ma’arif al Aziziyah diharapkan sebagai dasar dari tiga pondasi Agama, yaitu Islam, Iman dan Ihsan.